Selasa, 23 Oktober 2012

Idul Adha, apa yang harusnya kita lakukan?


Kawan sebentar lagi kita akan bertemu dengan hari raya Idul Adha (rioyo besar = jawa, rerajeh qurban=madura),  dalam hari raya ini sudah lumrah umat islam Indonesia esok harinya di hari-hari tasyriq atau pas di hari H langsung banyak yang nyate (satai=Indonesia), atau bikin gulai daging, rendang, dan berbagai macam masakan khas daging lainnya, swasembada ni buat anak-anak kos, yakan....? hehehe.
Namun tahukah kawan muslim, bahwa banyak sekali anjuran yang mengikuti sebelum maupun sesudah hari raya idul adha atau Ied adha mubaarak.
Nah, berikut akan saya jabarkan dengan singkat anjuran-anjuran tersebut, disertai dalil-dalilnya, karena masyarakat sekarang sudah berubah, jauh lebih percaya jika sudah melihat dalil, tidak seperti zaman walisongo dulu yang pendekatannya lebih langsung ke aplikasi dari aya-ayat alqur’an dan al Hadits dengan bentuk kesenian, dll, mungkin karena memang saat ini kepedulian remaja muslim kita yang berkurang dengan kesenian Tanah Air, hm. . . . Ironis!
basa-basi dulu nih, ingat loh kawan, apa yang di katakan para Wali, Imam, Habaib, Syekh, dan Kiai-Kiai dalam kitab-kitab karangan mereka itu semuanya ada dalil-dalilnya dalam Al-Qur’an dan Al Hadits, jadi bukan bodoh namanya kalo banyak orang yang memutuskan suatu perkara yang belum diketemukan dalam sumber utama agama islam (Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijma’ dan Qiyas) dengan mereferensi pada kitab-kitab para ulama, karena memang ulama terdahulu yang jaraknya lebih dekat dengan masa Rasulullah SAW, lebih mendalam ilmu agamanya daripada ilmu dunianya, jadi penafsirannya InsyaAllah sangat bisa di ikuti dan di pertanggung jawabkan. Ingat-ingat, ting! Heheh.
Udah basa-basinya, nah sekarang saya jabarkan apa yang harus dilakukan dalam melengkapi perayaan Idul Adha, check it out lah... :
1.)    Melaksanakan Ibadah Puasa Tarwiyah dan Arafah
Dari hadits Abu Qotadah al-Anshori, bahwa Rosululloh shollallohu alaihi wasallam ditanya tentang puasa Arofah, beliau menjawab:
«يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ»
“Puasa Arofah menggugurkan dosa setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang.” [HR. Muslim no. 1162, Ahmad no. 22621, an-Nasa’i dalam al-Kubro no. 2826, dll]


Sementara puasa Tarwiyah dilaksanakan pada hari Tarwiyah yakni pada tanggal 8 Dzulhijjah. Ini didasarkan pada satu redaksi hadits yang artinya bahwa Puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan dosa satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun. Dikatakan hadits ini dloif (kurang kuat riwayatnya) namun para ulama memperbolehkan mengamalkan hadits yang dloif sekalipun sebatas hadits itu diamalkan dalam kerangka fadla’ilul a’mal (untuk memperoleh keutamaan), dan hadits yang dimaksud tidak berkaitan dengan masalah aqidah dan hukum.
Lagi pula hari-hari pada sepersepuluh bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang istimewa. Abnu Abbas r.a meriwayatkan Rasulullah s.a.w bersabda:
ما من أيام العمل الصالح فيها أحب إلى الله من هذه الأيام يعني أيام العشر قالوا: يا رسول الله! ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله فلم يرجع من ذلك شيء
Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah SWT, dari pada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya : Ya Rasulullah! walaupun jihad di jalan Allah? Sabda Rasulullah: Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selama-lamanya (menjadi syahid). (HR Bukhari)
berikut kawan, adalah bacaan niat dari puasa sunnah  tarwiyah dan arofah

نويت صوم ترويه سنة لله تعالى 
NAWAITU SAUMA TARWIYAH SUNNATAN LILLAHI TA'ALAH
“ Saya niat puasa Tarwiyah, sunnah karena Allah ta’ala.”
نويت صوم عرفة سنة لله تعالى


NAWAITU SAUMA ARAFAH SUNNATAN LILLAHI TA'ALAH
“ Saya niat puasa Arafah , sunnah karena Allah ta’ala.”
2.)    Membaca Takbir Mursal
Takbir Mursal(mutlak/bebas) yakni takbir yang diungkap di luar solat. Takbir ini boleh dibaca selepas solat maghrib 30 Ramadhan hingga selepas khutbah. Di sunnahkan bertakbir (Allahu Akbar) dengan dikeraskan. Mulai tenggelamnya matahari malam Hari Raya Id hingga saat bersiap untuk mengerjakan shalat Id, baik Idul Fitri Maupun Idul Adha. Ini bagi selain orang yang sedang melaksanakan ibadah haji, karena syiarnya adalah ber-talbiyah. Adapun ucapan takbir yang disukai adalah : Allohu Akbar kabiirow wal hamdulillaahi katsiiroo wa subhaanalloohi bukrotaw wa asiilaa.
3.)    Tidak makan sampai setelah selesai shalat
ini di sunnahkan di hari Idul Adha, tidak makan apapun terlebih dahulu sebelum selesai pelaksanaan shalat Id, yang berbeda dengan Idul Fitri, yang di anjurkan untuk makan terlebih dahulu. Berikut adalah dalilnya
hadits dari Ibnu Buraidah R.A, ia berkata:
«كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَخْرُجُ يَوْمَ الفِطْرِ حَتَّى يَطْعَمَ، وَلَا يَطْعَمُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يُصَلِّيَ»
“Rasulullah SAW tidak berangkat sholat pada hari raya idul fitri hingga beliau makan, dan pada hari raya Idul Adha beliau tidak makan sampai selesai sholat.”
[HR. Ahmad dan Tirmidzi serta di sahihkan Ibnu Hibban)

4.)    Mandi terlebih dahulu sebelum berangkat shalat Id
Berikut dalil tentang mandi tersebut :
أن رجلا سأل عليا ، رضي الله عنه ، عن الغسل ، فقال : غتسل كل يوم إن شئت ، قال : لا بل الغسل, قال اغتسل كل يوم جمعة ، ويوم الفطر ، ويوم النحر ، ويوم عرفة
Seorang lelaki bertanya kepada Ali radhiallahu’anhu tentang mandi, ia menjawab: ‘Mandilah setiap hari jika engkau mau’. Lelaki tadi berkata: ‘bukan itu, tapi mandi yang benar-benar mandi’. Ali menjawab: ‘Mandi di hari Jum’at, Idul Fitri, Idul Adha dan hari Arafah’” (HR. Al Baihaqi)
Disamping dengan adanya dalil di atas, juga tentang tata krama kita baik itu hablum minannas, utamanya hablum minalLah, karena kita akan beribadah menghadap Allah SWT dan berkumpul bersama orang banyak.
dan waktu di sunnahkannya untuk mandi tersebut adalah mulai dari pertengahan malam hari raya.
5.)    Memakai pakaian yang paling bagus
Kawan, namanya juga hari raya, kita juga di sunnahkan untuk memakai pakaian yang paling bagus, kalau bisa yang baru atau baru saja di cuci, dimana hal ini merupakan simbol kebahagiaan dan rasa syukur kita sebagai umat muslim di hari raya Id. hal ini  sebagaimana yang telah diterangkan dalam hadits berikut ,
diriwayatkan dari Nafi’:
أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يَلْبَسُ فِي الْعِيدَيْنِ أَحْسَنَ ثِيَابِهِ
Ibnu Umar biasa mengenakan bajunya yang terbaik pada Idul Fitri dan Idul Adha” (HR. Al Baihaqi 6143 )
6.)    Memakai wewangian atau parfum
Hal ini merupakan suatu pelengkap dalam hal beribadah, karena dimana saat kita beribadah tidak mungkinkan kita menghadap Allah SWT dengan bau yang tidak sedap, oleh karena itu sebenarnya memakai wewangian ini merupakan hal yang hendaknya kawan-kawan biasakan saat hendak memulai shalat. Terlebih di hari raya, berkumpul berinteraksi dengan orang banya menjadikan hal ini juga hendaknya tidak kawan kesampingkan,
Namun untuk sahabat-sahabat muslimah, penggunaan wewangian ini hendaknya mengikuti aturan-aturan yang telah ulama-ulama rumuskan berdasarkan pengetahuan mereka tentang alqur’an, sunnah, ijma’, dan qiyas.
berikut keterangan yang saya himpun dari blog saudara muslim lain
Rasulullah Saw. bersabda:

"Diberikan kepadaku rasa cinta pada keduniaan, yaitu minyak wangi dan wanita, serta dijadikan shalat sebagai penyejuk jiwaku". (HR. Ahmad dan Nasa'i).
Wewangian berbahaya jika digunakan wanita untuk diluar rumah. Untuk itu islam melarang wanita memakai wewangian di luar rumah. Maksud wewangian yang dilarang disini adalah wewangian yang harim semerbak yang dapat membangkitkan birahi laki-laki. Adapun parfum netral yang digunakan hanya untuk mencegah bau badan, itu tidak maslah.
Remaja yang tengah berpacaran umumnya menggunakan parfum yang berlebihan. Hal ini sangat renyan terhadap pelecehan seksual. Untuk itu bagi wanita muslim yang hendak menerima kunjungan silaturahmi calon pasangannya selain harus didampingi muhrim, juga terlarang menggunakan parfum yang menusuk hidung.
Rasulullah Saw. bersabda:
"Wanita mana saja yang memakai wangi-wangian lalu dia berjalan melewati suatu kaum supaya mereka mencium bau wangi itu, berarti dia telah berzina" (HR. Ahmad, Nasai, Abu daud, dan Tirmidzi).

Larangan ini tidak berlaku bagi laki-laki. Bahkan Rasulullah menganjurkan agar laki-laki memakai wewangian setiap hendak bepergian terutama hendak ke masjid.
"Diriwayatkan dari Aisyah ra. katanya: Aku pernah memakaikan wangi-wangian pada tubuh Rasulullah Saw. ketika baginda ingin ihram untuk berihram dan ketika bertahallul sebelum baginda tawaf di Baitullah" (HR. Bukhari-Muslim).

7.)    Berangkat lebih awal dan berjalan kaki
Hal ini berdasarkan Sayyidina Ali R.A, beliau berkata, “ termasuk dari sunnah adalah menuju Shalat Id dengan berjalan kaki.” (HR.Tirmidzi)
Selain itu telah umum kita ketahui sebagai umat islam bahwa setiap langkah kita menuju kebaikan juga akan di catat sebagai amal baik kita.
Selain itu disunnahkan berangkat lebih pagi bagi selain imam, untuk menunggu di mulainya shalat dan mengambil tempat shalat. Sedangkan untuk imam, hendaknya hadir ketika waktu shalat sudah tiba.
8.)    Berangkat & pulang dari shalat Id melalui 2 jalur yang berbeda.
Sebelum melihat redaksi hadits yang menyatakan tentang hal ini, hendaknya jalur berangkatnya melalui rute yang lebih jauh dari pulangnya.
Berikut adalah hadits yang menyatakan tentang pengambilan 2 jalur yang berbeda.
Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata:
«كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ»
“Nabi shollallohu alaihi wa sallam apabila di hari Id, beliau mengambil jalan yang berbeda.” [HR. Al-Bukhori no. 986]
Begitu pula dalam hadits yang telah disebutkan sebelumnya tentang berangkat sholat Ied sambil bertakbir:
فَيَأْخُذُ طَرِيقَ الْحَدَّادِينَ حَتَّى يَأْتِيَ الْمُصَلَّى، فَإِذَا فَرَغَ رَجَعَ عَلَى الْحَذَّائِينَ حَتَّى يَأْتِيَ مَنْزِلَهُ
“beliau berangkat melewati jalan al-Haddadiin sampai tiba di Mushollah. Ketika telah selesai beliau pulang melalui jalan al-Hadzdzaiin sampai tiba di rumahnya.” [HR. Ibnu Khuzaimah no. 1341, al-Baihaqi dalam al-Kubro no. 6130)

Nah, itu dia dalil-dalinya, jadi sudah sebaiknya kita mengikuti sunnah Rasul untuk mengambil 2 jalur yang berbeda ketika berangkat dan pulang.
9.)    Saling Ber-mushafahah
Tau ndag apa itu Mushafahah? Asingkan? Tapi sebenarnya ini sudah sering kita lakukan kok, setiap kali selesai shalat, setiap kali bertemu, dan pada kesempatan-kesempatan lain, yap! Mushafahah adalah saling berjabat tangan, disunnahkan untuk saling bermushafahah dengan orang-orang setelah selesai shalat Id, namun tentunya ada batasan-batasannya, pria dengan pria dan wanita yang muhrimnya, pun begitu untuk wanita, wanita dengan wanita dan pria yang muhrimnya, namun penulis sendiri akui, bahwa penulis sendiri masih belum bisa melaksanakan hal ini, hal ini juga karena adanya khilafiyah para ulama.
10.)                        Saling mengucapkan selamat (Tahniah)
Ini istimewanya Islam kawan, dalam ucapan selamatnya langsung berupa do’a, bukan hanya sekadar mengcapkan selamat, Imam Ibnu Hajar mengatakan bahwa hal ini memang di sunnahkan dan di syariatkan bahkan menurut beliau, Imam Bukhori membuat bab tersendiri dalam kitabnya tentang bacaan apa yang di ucapkan pada orang lain ketika berhari raya.
Salah satu bacaannya, Ibnu Hajar mengatakan: “Kami meriwayatkan dalam Al-Muhamiliyyat dengan sanad yang hasan dari Jubair bin Nufair bahwa ia berkata: ‘Para shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bila bertemu di hari Id, sebagian mereka mengatakan kepada sebagian yang lain:
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ
“Semoga Allah menerima (amal) dari kami dan dari kamu.” [Lihat pula masalah ini dalam Ahkamul ‘Idain karya syaikh Ali Hasan hal. 61, Majmu’ Fatawa, 24/253, Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/167-168]
Kalo untuk satu orang “taqobbalallohu minna wa minka”, tapi kalo untuk banyak orang, misal di iklan ni, atau di sambutan acara selamatan hari raya yang di hadiri oleh banyak orang, kita mengucapkan, “taqobbalallohu minna wa minkum”. Begitu kawan.. jelaskan.. hehe..
11.)                        Membaca Takbir  Muqayyad
Tertentu pada hari raya Idul Adha, mulai dari waktu subuh hari Arafah hingga waktu Asar di akhir hari Tasyriq, yaitu tanggal 9 sampai dengan tanggal 10 dzul hijjah. Bertakbir bisa dimana saja kecuali di tempat-tempat dan kondisi yang tidak pantas, seperti di kamar mandi. Lebih di tekankan di setiap selesai shalat, baik fardhu maupun sunnah, nah biasanya kalo jamaah di masjid atau musholla, sang imam membimbing kita untuk bertakbir, diikuti saja itu kawan. Ini bagi selain orang yang sedang melaksanakan ibadah haji. Untuk yang sedang berhaji, waktunya yaitu mulai waktu zuhur hari Nahr (hari Idul Adha) hingga subuhnya akhir hari Tasyriq.

berikut adalah bacaan takbir yang biasa di lantunkan hanya pada hari raya idul fitri dan idul adha

Sumber : Buletin Sidogiri Edisi 75 Tahun VIII 1433H
http://blog.its.ac.id/syafii/2009/11/19/puasa-tarwiyah-dan-arafah/  
           
http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=8197
Referensi niat    :
http://belajardanberamal-naser.blogspot.com/2010/07/lafadz-niat-puasa-sunnah.html   
http://isaboutscience.blogspot.com/2012/05/batas-pemakaian-parfum.html
http://cikgumat.ummisakinah.com/knowledge/dua-jenis-takbir-pada-hari-raya-takbir-mursal-dan-takbir-muqyad/ 


Saya, Ahmad Faizul Furqon mengucapkan Happy Ied Adha Mubaarak..... :D
Taqobbalallohu Minna Wa Minkum, Kawan....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar