Ada sebuah pelajaran berharga dari tayangan indonesiaku
Trans7 yang saya lihat, sebuah kondisi dimana komunitas muslim yang minoritas
di terima dalam lingkungan umat hindu yang mayoritas di Pulau Dewata, tampak
sekali kehangatan dalam acara tersebut dimana antara kedua komunitas saling
menghormati antara satu dengan yang lainnya, dan menurut saya ini tidak hanya
karena adanya salah satu pilar yang telah melekat dalam bangsa ini yaitu Bhineka
Tunggal Ika, tidak pula hanya karena adanya ikatan dalam satu bangsa yakni ini
Indonesia, karena pasti ada suatu faktor yang sangat menonjol yang bisa
menyebabkan hal ini terjadi.
Dalam hal ini saya menitik beratkan pada akulturasi
antara budaya dan agama yang dilakukan oleh masyarkat muslim bali, dimana mulai
dari musik, tarian, tetabuhan Bali yang di adopsi oleh masyarakat muslim dengan
“menggantikan” semangat keagamaan hindu yang tergantung di dalamnya dengan
semangat keislaman, sehingga menghasilkan toleransi dan kebersamaan yang baik.
Akulturasi ini tentunya tanpa mengenyampingkan
batasan-batasan syari'at seperti tidak mengkonsumsi barang-barang yang diharamkan
islam contohnya : arak & babi, yang begitu lumrah digunakan oleh masyarakat
non muslim sebagai pelengkap pada
acara-acara maupun tradisi mereka, selain
itu tetap menutup aurat merupakan batasan syari’at yang juga tidak boleh
dilanggar seorang muslim, khususnya muslimah.
Dalam hal ini warga muslim di bali yang minoritas,
mengikuti cara-cara dakwah ala walisongo sehingga dapat di terima oleh
lingkungan sekitar yang berbeda dengan apa yang di kandung dalam islam, tanpa mengurangi
rasa hormat pada tuan rumah karena telah menempati terlebih dahulu, mereka
tetap membaur bersama rakyat dengan tetap memegang teguh keislaman mereka,
disini terdapat uswah (teladan) bagi
setiap muslim sebagaimana di contohkan oleh Rasulullah, dengan membawa islam
secara damai.
Di sisi lain akulturasi ini semakin
menambah variasi budaya dalam kebinekaan Indonesia, hadir tradisi-tradisi baru
yang merangkul umat agama lain sehingga dapat menerima kehadiran islam, tradisi
ini bukanlah suatu yang salah apalagi sesat, selain karena mencontoh para wali
terdahulu yang tentunya paham akan batasan-batasan dalam islam dan sanad keilmuannya yang sampai pada Rasulullah Shallallahu alayhi wa sallam, juga
memakai budaya islam yang kebanyakan berbau arab itu sendiri, seperti
penggunaan tetabuhan rebana hanya saja dengan memakai nada dan irama khas bali,
menjadikan umat hindu asli bali welcome terhadap kehadiran umat islam, padahal
syair-syair yang di baca adalah Pengagungan terhadap ALLOH Subhanahu wa ta'ala, beragam dzikir, & Shalawat terhadap Rasulullah
Shallallahu alayhi wa sallam.
Berkat pembawaan hal seperti ini juga,
citra islam sendiri akan menjadi lebih baik dimata non muslim daripada memakai
cara-cara kekerasan, kita lihat saja kasus islamophobia di negara2 barat
kebanyakan akan menghubungkan islam dengan kejadian-kejadian terorisme yang
dilakukan oleh beberapa kelompok islam, atau dalam negeri sendiri kita bisa
lihat bagaimana orang-orang non muslim yang minoritas merasa ter-dzolimi akibat adanya sikap
sewenang-wenang yang dilakukan oleh beberapa kelompok islam, dengan dalih
membalaskan kematian-kematian saudara muslim di timur tengah, mereka
menghalalkan pengeboman pada hal-hal yang berbau asing, meskipun nyawa manusia
sekalipun, ini bukan hanya berseberangan dengan tata krama budaya timur
Indonesia, tapi juga mencederai nilai-nilai perdamaian, kasih sayang, lemah
lembut serta toleransi (tasamuh)
dalam islam. Untuk itu sudah selayaknya kita sebagai muslim mencontoh dakwah
Nabi yang santun, penuh kasih sayang dan tak memandang perbedaan suku, ras,
serta etnis.
Oleh karena itu, tentunya hal ini patut
kita syukuri & di jadikan cerminan bagi kita yang hidup di lingkungan
mayoritas muslim.
Mari bersama-sama menjaga kebersamaan antar umat beragama, menjaga harmoni yang sudah mengakar kuat, dan tentunya bagi saudaraku yang muslim jadikan toleransi & harmonisasi ini, dengan tetap memakai batasan-batasan syari'at sebagai cara untuk konsisten memegang aqidah kita, semakin bisa kita menjaga kerukunan semakin kuat keimanan kita.
Mari bersama-sama menjaga kebersamaan antar umat beragama, menjaga harmoni yang sudah mengakar kuat, dan tentunya bagi saudaraku yang muslim jadikan toleransi & harmonisasi ini, dengan tetap memakai batasan-batasan syari'at sebagai cara untuk konsisten memegang aqidah kita, semakin bisa kita menjaga kerukunan semakin kuat keimanan kita.
Terakhir saya ingin mengutip salah satu
perkataan (Habib) Abdurrahman Ad Dkahil, “Kemajemukan harus diterima tanpa ada
perbedaan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar